Manjung -Di tengah kemelut antardua negara serumpun, pejabat Malaysia justru berkunjung ke Klaten untuk belajar mengelola limbah.
Utusan dari Jawatan Alam Sekitar Negara
Malaysia (semacam Kementerian Negara Lingkungan Hidup di Indonesia-red),
Kamis (18/6), juga singgah ke sentra industri kecil suun di Desa
Manjung Kecamatan Ngawen.
Rombongan yang dipimpin Syamsudin bin Abdul Latif itu datang untuk belajar mengenai pengelolaan limbah yang baik dan benar untuk industri serupa di negeri jiran. Namun, hal tersebut juga menimbulkan kekhawatiran bagi para pengusaha lokal.
Rombongan yang dipimpin Syamsudin bin Abdul Latif itu datang untuk belajar mengenai pengelolaan limbah yang baik dan benar untuk industri serupa di negeri jiran. Namun, hal tersebut juga menimbulkan kekhawatiran bagi para pengusaha lokal.
Salah seorang pengusaha mi suun,
Harjanti mengatakan, dirinya khawatir kalau-kalau orang-orang Malaysia
itu justru menyaingi suun Indonesia. “Piye ya? Kalau bilang juga agak
sulit, kalau disaingi? Iya (ada kekhawatiran), tapi ya gimana lagi,” aku
Harjanti saat ditemui di lokasi industrinya.
Kendati demikian, Harjanti mengaku telah mematenkan produknya di Yogyakarta. ”Sudah paten, bahkan merknya juga sudah.”
Kendati demikian, Harjanti mengaku telah mematenkan produknya di Yogyakarta. ”Sudah paten, bahkan merknya juga sudah.”
Pimpinan rombongan Jawatan Alam Sekitar
Negara Malaysia, Syamsudin bin Abdul Latif mengatakan, pihaknya datang
ke Klaten untuk belajar mengenai instalasi pengolahan air limbah dari
pati aren dalam proses pembuatan mi suun itu. Pihaknya saat ini tengah
mengambil studi untuk mengamati pengelolaan limbah karena industri
serupa juga ada di Malaysia.
Yang bisa diambil ilmunya dari Klaten, jelas Syam, adalah bagaimana industri kecil ditempatkan dalam satu kawasan khusus. Selain itu, pengolahan limbah juga dilakukan secara terpadu. “Supaya air limbahnya disatukan. Kebanyakan tempat (di Malaysia) dimulaikan berkesendirian,” jawabnya.
Yang bisa diambil ilmunya dari Klaten, jelas Syam, adalah bagaimana industri kecil ditempatkan dalam satu kawasan khusus. Selain itu, pengolahan limbah juga dilakukan secara terpadu. “Supaya air limbahnya disatukan. Kebanyakan tempat (di Malaysia) dimulaikan berkesendirian,” jawabnya.
Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH)
Klaten, Bambang Agoestiono yang hadir dalam kesempatan itu
mengungkapkan, tak perlu ada kekhawatiran terkait ulah Malaysia yang
belajar pengelolaan limbah ke Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar